Mini Niche Scraper Banner 468x60
Panduan Blogspot Master
Mini Niche Scraper Banner 125x125
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Tampilkan postingan dengan label Pengilon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengilon. Tampilkan semua postingan

Boikot Pajak !

Sebuah "Wacana" yang muncul karena "sakit hati, kemarahan, hilangnya kepercayaan dan kemuakan" terhadap polah para pelaksana mandat rakyat yang selama ini kita kenal sebagai pemerintah atau pegawai negeri, yang terbagi dalam berbagai departemen. Menyedihkan sekaligus membuat hati pilu. Bertahun-tahun sudah negeri ini merdeka. Bertahun-tahun sudah masalah agama di urus oleh negara melalui departemen Agama, bertahun-tahun sudah Pancasila menjadi Dasar Negara dan menjadi kewajiban seiap anak untuk mempelajarinya ketika mulai masuk sekolah. Tetapi lacur ! Apa yang terjadi ?! Kebobrokan moral nggak pernah berubah apalagi hilang dari bumi tercinta ini.

Boikat Pajak ? Sebuah ide cantik yang menggelitik hati dan patut menjadi renungan untuk disikapi. Sebuah keniscayaan yang cerdas untuk "menghajar" pemerintah yang tak kunjung berjalan menindak para koruptor. Ya ..., bagaimana mereka mampu dan bisa memberangus koruptor, orang mereka sendiri sedang terbelit dugaan makan uang Century untuk memenangkan PEMILU. Bagaimana mungkin menangkapi para pelaku korupsi ketika lembaga yang dipercaya rakyat untuk menjadi pemburu, pengadil dan algojo bagi koruptor malahan dikenal sebagai "mafia" pelaku MARKUS dan Pakar Korupsi.

"Bangsa Bengek" ini sebenarnya sudah waktunya untuk mengundang para malaikat untuk mejadi "Presiden hingga Ketua RT", mengundang Napoleon Bonaparte untuk menjadi algojo bagi para koruptor dan memanggil Zooro (si Maling Budiman) untuk menjadi pembantu Malaikat yang menjabat menteri sosial. Agama nggak perlu di urus melalui departemen atau kementerian. Biar langsung jadi urusan setiap orang ama Tuhan. Langsung ... Nggak lewat makelar !!!Mereka semua nggak perlu digaji atau dinaikkan gajinya demi menjaga agar mereka tidak melakukan korupsi. Ya karena mereka memang punya mental "Pancasila" dan bukan "mental kere" seperti bangsa ini. Mental "Pancasila" : biar gaji kecil nggak doyan korupsi. "Mental Kere" : biar gaji segudang, korupsi jalan terus.

Ha....ha...ha.... Aku sebenarnya sudah bosan mengomentari bangsa bengek ini. Bosan melihat "maling-maling" berlaku suci yang berebutan menjadi pemimpin negeri. Ha... ha ... ha... Kita nggak bayar pajak pun sebenarnya bangsa ini sanggup tetap berdiri dan justru mampu memberi tunjangan bagi mereka yang lagi nganggur ketika "Sumber Kekayaan Negeri dikelola dengan kejujuran dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
16.19 | 0 komentar | Read More

Salahkah Penggagas "Boikot Pajak" ?

Salahkah penggagas Boikot Pajak ? Entah dari mana asalnya si penggagas ide brilyan ini, tetapi yang jelas "ide cerdas sekaligus reaktif" ini patut kita tanggapi secara positif. Dalam hukum alam sudah jelas terpateri dan menjadi dogma "akibat timbul karena ada sebab". Lha ... Sekarang justru yang perlu digali bersama adalah "pangkal muasal" ide boikot bayar pajak timbul. Jangan seperti kasus "MARKUS di POLRI", begitu "Sang Hero Baru" teriak ada maling, reaksi yang muncul : bungkam sang hero "Susno Duaji", "bongkar "borok-borok Susno" dan seabrek cara untuk "banting balik" si "Peneriak ada maling di Kepolisian RI".

Dalam kasus "Boikot Pajak", munculnya "Kancil Gayus" si pegawai kecil pajak (perlu saya tegaskan : Gayus si Pegawai Negeri Sipil), "unthul" pintar yang lihai mengutil sekaligus merampok uang rakyat bukanlah menjadi sebab utama. Kasus Gayus hanyalah sebagai pemantik dari "ribuan ton bahan peledak" ketidak puasan rakyat terhadap kinerja pemerintah dengan juataan PNS sebagai tangan-tangan kecilnya yang sudah dikenal sebagai tukang bolos, pemalas, korup dan suka memeras rakyat. Seruan boikot pajak seharusnya membuat pemerintah dengan jajaran birokrasi dari pusat hingga daerah melakukan instropeksi diri sebelum berencana "menangkap dan memenjarakan" pencetus dan penggagas ide cemerlang yang sanggup membakar jenggot (orang jenggot saja cuman satu, kok !) ini. Bertobatlah segera mumpung 2012 (kiamat ?!) belum tiba. Atau mungkin kalian mau menumpuk "harta haram" untuk bekal ke neraka ?

Aku sendiri sebagai orang miskin yang tak perlu bayar pajak apapun untuk negara ikut memberi support kepada si penggagas ide menggegerkan dan segar "Tolak Bayar Pajak" ini. Ya ... Buat apa rajin bayar pajak klo cuma untuk di "untal" petugas-petugas negara yang bermental maling. Jujur saja... Sebenarnya kalau bumi dan kekayaan alam yang terkandung di bumi pertiwi ini diurus dengan benar, dengan ketulusan, dengan kejujuran, dengan niatan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, niscaya rakyat tak perlu bayar pajak akan tetapi justru rakyat akan dapat subsidi buat hidup. Hanya pengusaha-pengusaha dan industri saja yang perlu bayar pajak buat rakyat! Untuk menghidupi rakyat! Untuk memakmurkan rakyat! Untuk membangun lapangan bola yang bagus buat rakyat ! Untuk gratiskan berobat bagi ralyat !! Banyak lagi untuk untuk yang lain yang dengan amat mudah bisa dilakukan negara untuk kesejahteraan rakyatnya. Tentu saja dengan satu syarat : Semua dilakukan dengan penuh kejujuran !
16.19 | 0 komentar | Read More

Potret Kemiskinan dan Kebodohan

Rasa sedih yang tiada tara terasakan menusuk kalbuku yang paling dalam. Potret kemiskinan dan kebodohan menyeruak kembali dalam kenestapaan. Idul Adha, hari yang seharusnya dipenuhi dengan kebahagiaan, menjadi luluh lantak melihat derita yang mungkin dibarengi keserakahan kembali memenuhi tayangan layar kaca. Hikmah yang luar biasa dan mampu menciptakanan tangis kepedihan, ketika kembali harus melihat mereka yang rela mengorbankan tubuh renta atau bahkan keselamatan dan nyawa anaknya demi sekilo daging korban (Rp. 50.000, bung !!!). Beginilah potret bangsaku yang ketika bangsa lain sudah tidak "mekiklik" (sangat bernafsu) menerima daging gratis seharga "go cap jing", karena kemiskinan dan sifat "ngah-ngahan" (serakah) mereka rela berdesak-desakan "berjudi" mengorbankan keselamatan diri dan anak.

Meskipun kemiskinan menjadi "potret sejati bangsa", peristiwa seperti dalam tayangan TV yang bersama kita lihat bukanlah murni potret kemiskinan yang nyata. Pengalaman menunjukkan, betapa keserakaan sudah tercipta sebagai mental dan karakter bangsa, yang tidak hanya menjadi monopoli mereka yang selalu berpakaian "necis", sepatu mengkilat , "dasi berjumbai" dan senyum yang "aduhai", tetapi mental "busuk" itu bahkan sudah menjadi milik bangsa, termasuk mereka yang ngantri daging korban. Bukti sahih diceritakan Si Bejo temanku yang ikutan ngantri daging korban di rumah Haji Samad tetangga desaku. " Gila! Pak Gemblung ikutan ngantri daging korban!" teriak si Bejo begitu mampir di rumah sepulang ngantri. Terus saja dia mengomel mengomentari keikutsertaan pak Gemblung mengantri daging korban. "Memalukan! Serakah! Kayak nggak bisa beli daging sendiri saja. Emang duitnya mo buat bantal tidur?", hingga ucapan-ucapan yang nggak pantaspun ahirnya keluar juga mulut monyongnya.
Ya..., memang memalukan sekaligus memilukan bila orang seperti pak Gemblung ikutan mengantri. Sepertinya dia nggak bisa mensyukuri segala yang diterima dari yang kuasa. Meskipun belum haji, pak Gemblung bukanlah orang miskin. Kebun cengkehnya saja ada 2 hektar lebih, motor 2, panen padinya buat makan satu tahun juga nggak habis. Aku cuma bisa mengelus dada sambil berdoa, "Ya, Tuhan ku, kiranya engkau sehatkan kembali mental bangsaku tercinta. Jauhkan dari kemiskinan dan keserakahan! Jauhkan mental "busuk" dari hati dan otak mereka. Janganlah tularkan mental "ngah-ngahan" para pemimpin mereka supaya mereka hidup suci dengan kemiskinannya!

Silahkan juga buka Tutorial lain yang sangat menarik dan patut di ikuti sampeyan semua. Akses melalui link di bawah ini :




Update » Selasa PON, January, 31, 2012

» Happy Blogging - gubhugreyot «

22.19 | 0 komentar | Read More

Mungkinkah bangsa ini menjadi baik ?

Aku bukanlah tokoh nasional yang mempunyai keahlian lebih pada didiplin ilmu tertentu. Aku juga bukanlah paranormal yang pintar meramal masa depan orang atau bangsa. Aku hanyalah sekedar 'cah ndeso klutuk yang bahkan kejar paket-A saja nggak lulus. Sedihnya..., sekalipun aku nggak bau universitas, nggak bisa ngomong inggris, nggak ngerti tentang cara korupsi dan suap-menyuap (tentu saja klo cuma nyuapin bayi pakai nasi jagung aku bisa!) , saat sekarang aku jadi turut bingung. Bagaimanapun keadaan ku, aku tetaplah  seorang anak bangsa dari sebuah bangsa bingung (BB). Kalau sekarang orang-orang lagi pada ribut tentang omongan "sang bapak presiden yang lagi bingung", ketika team delapan yang dibikinnya menghasilkan produk yang bikin bingung,  justru aku saat ini sedang bingung sendiri memikirkan cara seperti apa yang mampu membuat bangsa ini cepat lepas dari penyakit bingung. Penyakit bingung ini rupanya tumbuh karena salah didik yang dilakukan mereka yang mengaku sebagai  tokoh besar bangsa yang selama ini menjadi orang tua tiri bangsa. Mereka sibuk memperkaya diri dengan korupsi dan membikin kroni untuk melanggengkan jabatannya sebagai orang tua tiri dengan mengabaikan kelangsungan hidup anak dan cucunya. Baik masa depan kehidupan mental , spiritual ataupun kehidupan ekonominya.

Aku sungguh-sungguh tidak heran kenapa bangsa ini tidak pernah lepas dari keterpurukan, perpecahan, curiga-mencurigai dan "amuk-amukan". Orang sedari masih diperut kita sudah tercipta sebagai manusia miskin yang hutangnya sekarung. Orang begitu masuk bangku sekolah kita sudah dididik jadi pemalas yang suka bo'ong demi prestise sekolah. Orang begitu bisa naik motor kita sudah dididik jadi tukang suap. Begitu juga ketika ngelamar jadi PNS, kita sudah mulai jadi tukang suap kelas menengah yang pintar menghitung untung rugi. Ya... semua memang sudah terlanjur terdidik jadi anak bangsa dengan "mental bodhol" (bahasa Indonesia; mental rusak). Yang tahunya hidup enak tanpa pretensi apapun.  Rasanya sulit bagi bangsa tercinta ini untuk hidup sebagaimana layaknya manusia hidup. Mengenal Tuhannya dengan sungguh-sungguh! Melaksanakan perintah Tuhannya dengan penuh keikhlasan! Pengalaman membuktikan, idealisme hanyalah "tahi kuda" yang hanya hangat ketika tercecer di jalan raya dan terpanggang teriknya hidup. Tahi kuda menjadi tak hangat lagi ketika sudah terwadahi di kandang kekuasaan yang meninabobokkan. Lihat saja sudah berapa tokoh nasional dengan "cap tokoh idealis" tahinya tidak lagi hangat setelah ikut "kenduri kekuasaan".

Ada beberapa cara yang mampu membuat bangsa ini lepas dari segala kebusukan dan keterpurukan serta ketidakadilan:

  1. Lakukan revolusi mental dengan cuci otak.
  2. Cari pemimpin yang sakti mandraguna kebal peluru, tahan bacok yang berhati bersih dan berani menenung pejabat yang suka menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan.
  3. Buat hukum adat yang memberi peluang rakyat untuk langsung membunuh pejabat atau pengusaha yang suka korupsi dan tukang suap.
  4. Dirikan kepolisian dan pengadilan baru dengan personil robot yang anti korupsi tapi suka membunuh.
  5. Minta tolong pada tukang hipnotis untuk menghanguskan memory otak yang menciptakan pikiran jahat, dan yang terakhir.
  6. Musnahkan sekalian bangsa ini biar dihuni manusia-manusia baru yang mengenal peradaban.

Solusi tentang pemecahan problem besar bangsa ini tumbuh karena ketololan anak tiri bangsa yang sudah putus asa melihat setiap elemen bangsa sebenarnya sudah dibekali mental bodhol semenjak masih dalam kandungan!

Silahkan juga buka Tutorial lain yang sangat menarik dan patut di ikuti sampeyan semua. Akses melalui link di bawah ini :




Update » Senin PAHING, January, 30, 2012

» Happy Blogging - gubhugreyot «

12.10 | 0 komentar | Read More

BB, Bau Badan dan Bangsa Bingung

Meskipun istilah BB tidak langsung menunjuk pada sesuatu hal yang negatif, tapi penggunaan istilah BB mengarah pada suatu penilaian yang cenderung negatif. " Ampun, dah, BBnya!", atau "Gila! Nggak tahan aku 'ma BBnya!" , atau mungkin, "Cakep sih cakep, tapi BBnya itu!".

BB yang kurang sedap timbul dari pola hidup yang tidak sehat, yaitu di sebabkan karena ketika seseorang mandi dia lebih suka menggunakan sabun hanya untuk membersihkan bagian-bagian tubuh yang mudah dilihat orang, seperti wajah, dada, leher, tangan, perut, bawah perut dan kaki, sementara bagian yang tersembunyi (ketek) tidak pernah dibersihkan dengan baik. Sebagai bagian tubuh yang mudah lembab , ketek menjadi sumber kehidupan yang sedap bagi jamur dan bakteri untuk tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Bagaimana tidak, orang di ketek ini udaranya begitu sejuk tetapi hangat dirasakan ! Berkembang biaklah mereka dengan leluasa membusukkan segala yang keluar dari pori-pori atau kotoran dari luar yang hinggap. Dus ...!!! Terciptalah suatu keharuman yang aneh. Orang biasa menyebut "Wangi arum jamban" atau bau harum WC.

Rupanya BB tidak sedap yang ditakuti oleh hampir semua wanita (kecuali yang "ndableg") ini, sedang menghinggapi bangsa kita tercinta yang "gemah ripah loh jinawi" (bahasa indonesia : kaya raya). Bukan lagi BB bau badan yang disebabkan oleh jamur dan bakteri pembusuk di ketek, tetapi BB bangsa bingung! Aku sendiri heran. Kalau dirunut dari sejarah, bangsa ini bukanlah turunan bangsa bingung. Kita adalah keturunan bangsa cerdas, yang terkenal sebagai pelaut ulung. Bangsa yang mempunyai puluhan kerajaan dengan banyak wilayah. Bangsa yang pada jaman ketika masih dianggap primitif sudah mampu menguasai seluruh asia tenggara hingga Vietnam. Bangsa yang ketika pabrik semen belum ada sudah mampu membangun candi-candi yang orang jaman sekarang tak mungkin membuatnya. Seharusnyalah saat ini kita sudah melebihi kemajuan Amerika atau bangsa Eropa manapun. Entahlah...! Dosa apa yang menghinggapi bangsa ini, sehingga bisa berubah dari i kodrat awalnya.

Dari hasil telaah supra natural yang berhasil aku lakukan, ada yang harus dirubah dari bangsa kita tercinta. Tidak hanya untuk rakyatnya yang miskin dan hidup sengsara, tetapi yang terutama untuk para pemimpin bangsa yang perutnya sudah pada buncit penuh harta. Ada penyakit mental yang sedang merundung seluruh elemen bangsa, dari anak-anak yang baru lahir hingga mereka yang tua renta. Mentalitas yang tumbuh subur selama hampir 65 tahun. Yang diindoktrinasikan ke dalam jiwa warga bangsa secara kasat mata oleh mereka yang disebut para pemimpin bangsa. Dari kepala rumah tangga hingga kepala negara. Yang harus segera di hilangkan agar sembuh dari BBnya. "Mental Maling!"

"Mental Maling" ternyata tumbuh subur seperti jamur dan bakteri seiring pertumbuhan bangsa. Keserakahan dan ketamakan menjadi pola hidup yang terlihat wajar saja ketika hukum bisa diperjual belikan. Kasus "polisi versus KPK" yang masih bergulir hanyalah satu dari sekian juta potret "jati diri" bangsa yang selama ini secara "tidak tahu malu" selalu kita tampilkan sebagai budaya. Budaya dari sebuah bangsa dengan "mental maling"!

Silahkan juga buka Tutorial lain yang sangat menarik dan patut di ikuti sampeyan semua. Akses melalui link di bawah ini :




Update » Jemuah KLIWON, January, 27, 2012

» Happy Blogging - gubhugreyot «

06.36 | 0 komentar | Read More

Habis "wedhus" terbitlah "kucing"

Setelah kemarin aku cerita tentang "wedhus dhugul" yang bertarung mengadu kepalanya demi rumput di kandang, ternyata cerita tentang wedhus masih berlanjut terus hingga detik ini. Cerita tentang dunia hewan memang tak ada habisnya, seperti panjang dan lebarnya kisah "nyentrik" bangsa kita tercinta .

Setelah masa persidangan yang panjang dan melelahkan, tiba-tiba saja seorang anak manusia seperti "kesurupan". Berani ngomong tentang "rahasia korpsnya". Entah setan atau Tuhan yang membuat "kegaduhan baru" ini. Dari sanubari yang paling dalam, si Bego, temanku yang sedikit "kurang ganep" dan seharusnya tidak mungkin "nyandak" otaknya sempat ngomong kepada ku. "Mas, Yot, kemarin aku lihat tipi, mas", ia nyengir kuda ke arah ku kemudian melanjutkan, "bapak ku terus saja bilang 'gila!'gila!'gila!'...saat barengan nonton KPK. (maaf pembaca! Si Bego nggak pernah ngomong secara jelas karena memang sangat jauh dari cerdas. Apa yang dia sampaikan selalu hanya secuil saja dari yang seharusnya diceritakan). Karena aku kuwatir kalau aku yang di katain gila ma bapak, aku trus tanya. Apanya yang gila, pak? Sambil terus melihat tipi bapak berkata bahwa sidangnya semakin gila. Ada orang yang membalik semua cerita demi kebenaran, mas Yot". Kembali ia menatapku dengan bibir "ngowoh'."Semoga Tuhan selalu membuat orang melakukan hal yang benar, ya, mas Yot. Biar nggak ada orang ribut mengejar maling!". Aku tersenyum simpul dan terharu mendengar cerita si Bego. Ya, karena sebenarnya aku juga baru saja melihatnya di salah satu stasiun TV yang memperlihatkan tangis haru ketua KPK. "Ah..., ternyata Tuhan sungguh-sungguh luar biasa. Sungguh-sungguh hebat! Orang yang "kurang ganep" ternyata masih Tuhan beri "pikiran ganep" yang mungkin tidak dimiliki mereka yang sebenarnya di karuniai akal pikiran yang sehat 100%". Aku membatin sambil mengelus-elus pundak si Bego kemudian aku bilang padanya, "Kita harus bersyukur meski hanya hidup ditengah kesunyian hutan, Go. Kita harus bersyukur meski cuma jadi "wong tani", Go. Hidup adalah karunia yang selalu harus diyukuri dan selalu dipohonkan kepadaYang diAtas. Bersyukur atas hidup yang telah diberikan dan selalu memohon untuk ditunjukkan dan bisa melakukan hal-hal yang benar. Menjauh dari perilaku yang merugikan orang lain, merugikan masyarakat, merugikan bangsa dan negara. Apa gunanya, Go, jabatan atau pangkat yang tinggi kalau pikirannya kotor. Apa gunanya jabatan kalau suka membunuh. Apa gunanya jabatan kalau suka mencuri. Apa gunanya jabatan kalau akhirnya hanya menyengsarakan diri sendiri dan orang lain. Kita bukanlah hewan yang otaknya seperti "lendhut" atau seperti kucing yang sepanjang hidupnya hanya bisa mengeong "sendiko dawuh" dan kita juga bukan kucing yang bisa hidup hanya dengan mencuri. Kita juga bukan kucing yang bulunya indah tapi "bau tainya" meracuni jagad. Go...Go.. Kita harus bersyukur hanya hidup sebagai petani yang tidak punya kesempatan untuk korupsi. Setidak-tidaknya ada "diskon" sedikit saat jatah hidup kita telah habis. Sedikit diskon karcis ke surga karena mungkin dosa kita jadi sedikit lebih sedikit dari mereka yang punya kesempatan "nyolong" dan selalu menggunakan kesempatan itu. Bersyukurlah, Go......Si Bego manggut-manggut sambil menarik-narik jenggot kambingnya. Entah apa yang dia pikir. Paling-paling dia hanya tahu separo dari apa yang aku katakan. Ya, dasar si Bego ! Tenang saja, Go. Teman kamu yang begonya melebihi kamu banyak sekali di negeri ini.

Silahkan juga buka Tutorial lain yang sangat menarik dan patut di ikuti sampeyan semua. Akses melalui link di bawah ini :




>Update » Jemuah KLIWON, January, 27, 2012

» Happy Blogging - gubhugreyot «

07.29 | 0 komentar | Read More

Tutorial Blogger! Blogger Tutorial! Panduan Blogger! Penting!

Penting..., dan memang dibutuhkan sekali. Panduan bagi blogger yang berupa tutorial untuk memandu blogger-blogger muda meniti langkah menuju jenjang yang lebih tinggi hingga menggapai gelar sebagai blogger andal atau blogger senior dan berbagai sebutan yang lain, benar-benar sangat dibutuhkan. Kecenderungan yang muncul pada "Yang Mulia" blogger senior terkadang membuat heran bagi blogger pemula. Mereka malu dan merasa gengsi untuk memberikan "tutorial dasar" bagi pemula karena takut dianggap kampungan oleh sesama blogger senior saat mencoba mengupas kembali "kerak atau intip garing" yang membuat mereka tumbuh sebesar sekarang. Kesombongankah atau takut dianggap kampungankah  yang melingkupi "perut" mereka ?! 


Fenomena yang seperti ini sungguh sangat mengherankan sekaligus membuatku sebagai blogger pemula sangat prihatin. Satu contoh yang nyata aku temukan satu minggu yang lalu. Seorang "blogger senior" yang mencoba mengupas kembali "ilmu dasar blog", menjadi mentah gara-gara "rasa ewuh pakewuh dan malu" kepada rekan seangkatanya. Ini buka omong kosong karena sang profesor blog menyatakan sendiri dalam artikelnya yang dengan sabar aku simak. Dengan rendah hati ia menyampaikan "mohon maaf, terus terang masalah ini tidak akan saya jabarkan secara detail karena saya akan ditertawakan teman-teman, apa yang saya sampaikan ini sekedar mengingatkan kepada para blogger yang masih belajar ...dst...dst...dst....". Aku cuma bisa mengumpat dalam hati. "Kurang asem!". Ya, sebenarnya ilmu-ilmu dari "sang profesor" seperti ini sangat dibutuhkan para blogger pemula. Ilmu yang benar-benar matang , tidak menyesatkan dan diharapkan mampu menjadi pondasi yang tepat dan benar bagi setiap blogger hingga bisa tumbuh sebagai seorang blogger yang benar-benar memahami secara utuh berbagai aspek yang berkaitan dengan dunia blogger.


Untuk bisa dimengerti oleh para senior, memahami secara benar hal yang berkaitan dengan blog ternyata tidak cukup dipecahkan dan diselesaikan sendiri. Banyak masalah yang sepertinya sederhana  namun sebenarnya membutuhkan "kupasan matang" dari para senior. Dari yang paling mendasar, misalnya istilah-istilah yang digunakan pada template dan blog hingga yang lebih rumit tentang desain sebuah blog. Dari sekian banyak posting yang aku monitor, ternyata banyak sekali terjadi perbedaan penafsiran yang membuat bingung pembaca blog.  Dengan keprihatinan yang saya sampaikan, yang tentunya juga menjadi harapan semua blogger pemula , semoga mampu "mematikan kemaluan" blogger senior untuk bisa memberikan tutorial secara tuntas.

Horas, bah !!! Habis beras, makan gabah !!!!

Silahkan juga buka Tutorial lain yang sangat menarik dan patut di ikuti sampeyan semua. Akses melalui link di bawah ini :




Update » Jemuah KLIWON, January, 27, 2012

» Happy Blogging - gubhugreyot «

07.53 | 0 komentar | Read More

Mental "Wedhus" Bangsa "Tolol" Tukang "Korup"

Pagi ini aku sudah nyampe di "Kali Garing" (;sungai kering), bersama Slamet, Mandra , Ponidi dan bu Lina. .Tuh, lho..., bu guru yang cantik, yang sempat jadi guru aku kala ngikutin kejar paket di Balai Desa. Seneng, dhah sekali-kali pergi mancing ma wanita cantik. Aku sendiri heran, kenapa, ya, bu Lina yang cantik (guru, lagi!) mau keroyo-royo (bersusah-susah, Pon! Dasar, goblogh! Masa keroyo-royo saja nggak ngerti. Katanya asli jowo, masa bahasa gituan saja nggak dhong! O.. dasar Ponidi!) ikutan mancing di "kali garing", yang klo ke sana mesthi menempuh jarak 2 km dan harus jalan kaki. Itupun mesti melewati banyak "galengan" (;pematang) sawah puanjaaaaaang banget. Kali garing sebenarnya bukanlah sungai yang benar-benar kering tanpa air sama sekali. Sungai itu memang di kenal sejak dulu kala dengan nama "Kali Garing"dan meskipun namannya seperti itu, tapi ikannya luar biasa banyaknya. Matahari masih hangat-hangat tahi kerbau karena jam masih nangkring di pinggir kali ...eh ..., maksudku di angka 7. Yang sering nangkring di di pinggir kali khan si Mandra. Habis dia nggak punya WC, sih.