Meskipun kemiskinan menjadi "potret sejati bangsa", peristiwa seperti dalam tayangan TV yang bersama kita lihat bukanlah murni potret kemiskinan yang nyata. Pengalaman menunjukkan, betapa keserakaan sudah tercipta sebagai mental dan karakter bangsa, yang tidak hanya menjadi monopoli mereka yang selalu berpakaian "necis", sepatu mengkilat , "dasi berjumbai" dan senyum yang "aduhai", tetapi mental "busuk" itu bahkan sudah menjadi milik bangsa, termasuk mereka yang ngantri daging korban. Bukti sahih diceritakan Si Bejo temanku yang ikutan ngantri daging korban di rumah Haji Samad tetangga desaku. " Gila! Pak Gemblung ikutan ngantri daging korban!" teriak si Bejo begitu mampir di rumah sepulang ngantri. Terus saja dia mengomel mengomentari keikutsertaan pak Gemblung mengantri daging korban. "Memalukan! Serakah! Kayak nggak bisa beli daging sendiri saja. Emang duitnya mo buat bantal tidur?", hingga ucapan-ucapan yang nggak pantaspun ahirnya keluar juga mulut monyongnya.
Ya..., memang memalukan sekaligus memilukan bila orang seperti pak Gemblung ikutan mengantri. Sepertinya dia nggak bisa mensyukuri segala yang diterima dari yang kuasa. Meskipun belum haji, pak Gemblung bukanlah orang miskin. Kebun cengkehnya saja ada 2 hektar lebih, motor 2, panen padinya buat makan satu tahun juga nggak habis. Aku cuma bisa mengelus dada sambil berdoa, "Ya, Tuhan ku, kiranya engkau sehatkan kembali mental bangsaku tercinta. Jauhkan dari kemiskinan dan keserakahan! Jauhkan mental "busuk" dari hati dan otak mereka. Janganlah tularkan mental "ngah-ngahan" para pemimpin mereka supaya mereka hidup suci dengan kemiskinannya!
Silahkan juga buka Tutorial lain yang sangat menarik dan patut di ikuti sampeyan semua. Akses melalui link di bawah ini :


Update » Selasa PON, January, 31, 2012
» Happy Blogging - gubhugreyot «